Rabu saya kedatangan Pak
Ano yang sudah cukup berumur, setiap hari beliau keliling jualan baut,
mur dengan modal seadanya beli dari kota Bandung digrosir baud, dijual
dari satu bengkel kebengkel lain. Katerbatasan modal membuat Pak Ano mengerjakan
apa saja, saat ini kerjaan sampingnya jadi supir anggota dprd di salah satu
kabupaten Jawabarat, beliau juga mantan staf desa di Kab Sumedang, supel, gaul
, sehingga beliau selalu diminta menjadi tim sukses dari calon
kades, anggota DPRD bahkan sekarang beliau adalah salah satu tim sukses cabup
Sumedang dari Independen.
Tetapi seorang ayah
pastilah mengharapkan perubahan nasib terhadap keturunannya. Seringnya beliau
berinteraksi dengan anggota dewan dan mengantar rapat dengan mitra DPRD ,
beliaupun bermimpi salah satu anaknya menjadi bagian dari pemerintah bisa itu
PNS atau pegawai BUMD , BUMN, apalagi anak beliau adalah serjana.
Pucuk dicinta , beliau
ditawari oleh oknum anggota DPRD II Sumedang agar anaknya bisa masuk menjadi
pegawai PDAM, dengan sedikit mahar sebesar 6,5 juta, itu kecil sih sebenarnya
karena ada banyak yang berani bayar lebih mahal.
Beliaupun berupaya
mencari uang sebesar 6,5 juta, apalagi beliau meras akrab dan sering menjadi
supir tembak anggota DPRD dari Fraksi Golkar , jadi tingkat interaksi dengan
aggota DPRD cukup sering,membuat beliau tambah yakin, apalagi yang banyak
mau bahkan berani bayar lebih mahal .
Apa daya malang tak
dapat ditolak untung tak dapat diraih setelah uangnya diserahkan panggilan tak
kunjung datang, bulan demi bulan, tahun demi tahun ditunggu, akhirnya Pak Ano
memberanikan diri untuk menanyakan kepastian apakah anaknya bisa jadi pegawai
PDAM atau tidak, jika tidak beliau minta uangnya kembali.
Sisi lain banyak pegawai
baru sudah masuk dengan modal lebih kuat, sementara beliau hanya mengandalkan
kedekatan dan modal seadanya.
Anggota dewan ini
akhirnya menyerah menjadi makelar pegawai PDAM, tetapi menyanggupi
mengembalikan dananya walau dicicil, sayagnya dua tahun juga belum lunas,
bahkan pada saat ditagih pada hari jumat tanggal 1 maret 2018, bukannya bayar
walau habis gajian malah membuat janji baru, karena ada tugas ke Jakarta beliau
berjanji akan transper setiba di Jakarta mengunakan ana perjalanan dari
kesekreteriatan dewan daerah.
Pada saat didesak untuk
membayar sisanya pada hari itu, beliau (anggota DPRD tingkat dua) menjawab
bahwa banyaknya acara partai yang harus diikuti menjadi beban tersendiri bagi
anggota dewan yang tak berasal dari pengusaha , mau tak mau harus terus mencari
sampingan kiri dan kanan walau kian susah karena adanya KPK dan tim siber
pungli yang terus bergentayangan diseputar mereka.
Itulah gambaran hari
ini, banyak cara dilakukan untuk menambah pundi-pundi penghasilan anggota dprd
walau menghalalkan segala cara, dari calo proyek, calo hukum bahkan calo
pegawai, yang besar tak dapat yang kecilpun disikat, walau sebenarnya itu juga
perjudian, inilah sisi gelap demokrasi kita.
Salam miris