Ketenangan dalam menghadapi tekanan hutang.

Pada saat kita sedang menghadapi masalah hutang yg mengunung dan kita tidak tahu harus membayar dari mana, disinilah kita harus bertambah sabar, berusaha tenang, jangan terburu-buru, dan jangan tergesa-gesa didalam mengambil tindakan yang hanya malah merugikan kita dalam jangka panjang.

Tidak hanya tekanan dari penagih hutang, tekanan dari keluarga, anak,istri mertua keluarga, rekan bisnis dan temanpun terkadang sudah memicingkan sebelah mata pada saat kita sedang jatuh. Konsep keluarga ideal , senang ditanggung bersama, susah yg loe yg nanggung hehehe. inilah kehidupan nyata, bukan mimpi,bukan cerita, tapi ini kisah banyak orang yg tidak tahu harus berbuat apa?, karena hari-harinya selalu diselimuti hutang.

Hari berganti, bulan berganti bahkan tahun berganti, eh soal hutang belum tentu berkurang, kadang bisa bertambah jika kita tidak berhati-hati dan tenang pada saat tekanan begitu kuat. Niat baik, doa, sholat malam, sholat pardhu barangkali itulah tempat kita mengadu, tapi Allah juga tidak semerta-merta mengabulkan apa yg kita minta, serasa hidup hampa, terus memohon tapi sepertinya "Dia Lupa".

Pada saat posisi kritis, kita kadang tergoda dengan bisikan-bisikan halus yg sepertinya itu petunjuk padahal itu menyesatkan. Ada yg sibuk kedukun, ada yg sibuk mencari hutang baru, bahkan ada yg sampai bunuh diri karena serasa hidup sendirian, belum lagi kadang anak dan istri sedikit berubah bahkan sinis pada saat kita jatuh. Saya punya teman yg harus kehilangan istrinya dan menikah dengan orang asing , sekarang tinggal di USA, sementara beliau merintis lagi usaha yg baru dibawah beban hutang yg entah kapan ujungnya.

Ada juga yg istri dan anaknya serasa lupa pernah menikmati kerja keras bapak dan suaminya, sehingga sang suami galau, dan menjadi gelandangan (kisah ini pernah dimuat beberapa surat kabar), seorang bos tekstil yg kehabisan segalanya, termasuk harta dan cintanya. Beratus kisah yg memilukan ketika kita sedang jatuh, sedikit sekali yg mau mengerti, sedikit sekali yg bisa mensupport , bahkan orang-orang terdekatlah yg kadang lebih menyakitkan dari pada orang luar, karena kita berintraksi setiap waktu dengan mereka.

disinilah kita dituntut untuk menunjukan kebesaran jiwa, menghadapi tekanan, cacian, makian, hinaan dari siapapun pada posisi seperti ini, teruslah berharap kepada sang Kuasa, walau serasa sudah lama meminta tapi sepertinya kita ditinggalkan sendirian. Badai pasti berlalu, seperti kisa nabi Ayyub yg begitu sabar.

Jangan takut menghadapi dunia, karena dia hanya sementara, teruslah berusaha dan berdoa, karena disitulah ada jalan. Yang pergi mungkin kembali, atau kalau tidakpun kita bisa mencari penganti yg lebih baik.

Hutang, yakinlah dengan niat dan kerja keras InsaAllah kebayar, jika kita meniatkan mau membayar. Gimana jika tidak Kebayar juga sampai meningga, ah bukankah ada Allah, apa yg terjadi dengan diri kita sudah digariskan.

Belajarlah untuk menerima ketentuanNya, walau seperti Klise tapi apa daya kita,jika kita ingin A Allah menakdirkan B. Kita hanya berupaya, hutang yg menggunung, istri yg pergi, teman yg hilang, anak yg kurang rasa hormat karena ketidak berdayaan , itu juga merupakan bagian dari takdir.

InsaAllah dengan sabar semua bisa terlewati, semua cacian akan hilang, semua hinaan akan sirna, karena semuanya ada batasnya, yaitu kematian.

Terus berjuang, terus berdoa, fokus, lebih semangat InsaAllah ada jalan Amin.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »