Sebut saja namanya Rahmat (maap bila ada nama yang sama), beliau adalah seorang manager keuangan disebuah perusahaan ternama dibandung. Harusnya dengan semua yang ada beliau bisa hidup mapan dan tenang, apalagi perusahaan memberikan fasilitas yang sangat memadai, dari kendaraan roda empat sampai fasilitas kesehatan.
Godaan untuk menambah penghasilan tidak salah, hanya caranya harus lebih berhati-hati agar apa yang diharapkan tidak malah menjadi bumerang.
Kembali Bpk rahmat, melihat perkembangan usaha temannya maju dengan pesat, beliaupun penasaran, sehingga terjadilah diskusi intens, sudah barang tentu godaan untuk lebih cepat menumpuk kekayaan, kadang-kadang sikap kehati-hatian dilupakan.
Hasil obrolan dan penampilan mitra Pak rahmat, sebagai sosok pengusaha muda yang sukses menarik hati Pak rahmat untuk menginvestasikan tabungan dan depesitonya.
Seiring perjalanan waktu usaha yang dikelola mitra usaha nampak berjalan normal, pembagian hasil berjalan normal, kondisi menibobokan Pak Rahmat, karena beliau jarang memeriksa catatan keuangan mitra usaha beliau, apalgi mencoba kroscek ke konsumen langung.
Enam bulan berikutnya, mitra usaha pak Rahmat, kembali meminta tambahan modal, dengan alasan untuk ekspansi usaha. Pak rahmat akhirnya menyetujui dengan kembali mengajukan modal atas nama, seluruh dana yang didapat dikucurkan ke mitra usahanya.
Ditengah tahun kedua, pembagian hasil mulai seret, dan seperti yang sudah diduga, semuanya macet total, Pak Rahmat tersentak karena semua tabungan beliau, depesito dan dia juga harus menanggung hutang Bank sangat besar.
Setelah kita hitung bersama, ternyata jumlah gaji Pak rahmat tidak cukup untuk membayar semua cicilan KTA, kartu kredit dan cicilan lainnya. Beliau kebingungan, karena tidak tahu harus mulai dari mana melunasi hutangnya yang menggunung, sementara penghasilannya sangat sulit untuk nambah dalam waktu singkat.
Sementara sang mitra usaha , tidak bertanggung jawab, lepas dari tanggung jawab, untuk menyita aset tidak memungkinkan, karena sudah didahului oleh pihak lain.
Saat ini beliau, sedang mencari jalan terbaik, apa yang harus dilakukan. Pernah ada pikiran beliau, untuk meminta surat PHK dari perusahaan untuk membohongi kolektor dan meminta keringanan, tapi itu tidak jadi dilakukan, beliau takut sekali bohong, maka akan ditutupi kebohongan berikutnya.
Untuk menjual aset juga tidak mungkin, karena rumah juga masih kredit, keluar kerja untuk menghindar, bukan juga jalan terbaik, karena anak-anaknya tetap butuh dana untuk pendidikan dan makan sehari-hari.
So, jangan terlalu percaya 100% kepada siapapun, dan jangan pernah menempatkan investasi 100 % pada satu tempat, karena ini bisa menghindari resiko kerugian yang membuat bankrut.
Untuk para pekerja, jangan terlalu cepat silau atas apa yang dilihat atas keberhasilan seseorang dalam berusaha, apalagi bila mengajak berinvestasi, pelajari dulu laporan keuangannya, karakternya, dan gaya hidupnya.