Malam kemarin pada saat lagi santai, tiba-tiba masuk chat di
Bukalapak dan lansung menyapa , Pa kabar bang holid?. Eh saya lihat ternyata
kang bagus, beliau minta ketemu untuk mencari jalan keluar persoalannya.
Kang bagus mempunyai bengkel motor di tanjungsari, maju
banget ngak, relatip jalan ditempat, cukuplah untuk makan minum, apalagi
kondisi sekarang ekonomi lagi lesu dan daya beli lagi turun, bertahan saja
sudah bagus.
Rabu siang sesuai janji kang bagus main ke nusa motor dan menceritakan semua masalah
usaha dan persoalan yang sedang beliau hadapi.
Pada saat yang sama orang tua kang bagus punya mitra bisnis
jual beli mobil, berdasar pengalaman orang tuanya hasilnya lumayan, pada saat
ada yang jual mobil, pemilik showroom kang
“asep” (initial), meminjam uang uang ke orang tua bagus, hasilnya oke, pada
saat mobil laku orang tua kang bagus dapatlah komisi dari modal yang
ditanamkan.
Setelah berjalan enam bulan kang asep menawarkan kerjasama
yang lebih besar, dengan menawarkan investasi yang lebih besar . Kang bagus ditawarkan orang tuanya, singkat
cerita kang bagus tertarik dan uang ke
BRI cab Sumedang dan pinjam uang 400 juta.
Semuanya di berikan ke kang asep, margin yang diberikan
lumayan, bisa menutup bunga ke BRI sekitar 5 jutaan karena kreditnya KMK
rekening Koran yang cukup bayar bunga.
Adalah lebih kadang 10 juta perbulan, kadang 7 juta sesuai
dengan hasil. Enam bulan oke, bulan ke tujuh mulai
tersendat, begitu juga bulan-bulan berikutnya, melihat hal ini kang bagus
mengambil inisiatif untuk menarik semua modalnya, karena KMK rekening Koran sudah
harus diperpanjang dengan biaya sekitar 7 jutaan.
Kang asep terus berkelit dan mengembalikan pinjaman sebesar
70 juta setelah didesak, kemudian berikutnya hilang.
Didatangi orang tuanya
ya ngak bisa apa-apa, begitu juga dengan kakak-kakaknya, kang bagus
tinggal gigit jari.
Sayangnya perjanjian bisnis ini juga hanya berdasar
perjanjian diatas materai dan tidak mempunyai jaminan atau penjamin, sehingga
berikutnya kang bagus kelimpungan karena bunga terus berjalan.
Seiring waktu uang yang tersisa habis untuk bayar bunga,
sementara bengkel motor manalah cukup untuk membayar bunga bank.
Jalan keluar yang tersedia diantaranya top up kredit dari 400 ratus sampai 1 miliar
karena nilai agunan 1.5 miliar.
Tetapi berdasar hitung-hitungan, walau bengkel motor
ditambah modal , posisi pasar tak mendukung untuk tumbuh. Jika dipaksakan top
up atau naik kredit dengan posisi pasar dan hutang yang harus ditutupi itu
malah akan membuat apa yang tersisa jika rumah dijual sekarang bisa jadi habis
semuanya.
Jika berdasar nilai pasar dan harga wajar dari nilai 1.5m
kemudian laku 1.2 karena jual butuh maka sisa kredit bisa ditutup dan lunas,
sisanya bisa beli tempat usaha yang lebih kecil tetapi lepas dari hutang ke
Bank dan itu lebih bijak ditengah ketidak pastian usaha seperti sekarang.
Dari hasil diskusi dan musyawarah, kang bagus mengambil
keputusan untuk menjual rukonya dipinggir jalan tanjung sari, pilihan terbaik
dari yang ada.
Inilah sebuah pelajaran bagi kita untuk berhati-hati
berinvestasi dengan pihak lain, sebisa mungkin jangan sampai pinjam uang ke
Bank atau pihak lain. Idealnya dari tabungan dan tidak boleh lebih 30 persen
dari tabungan kita untuk menjaga penipuan berbasis investasi.
Yang kedua perlu kejelian membaca rekam jejak mitra bisnis
atau yang menawarkan investasi. Berdasar
pengalaman tak ada usaha yang bisa memberikan margin bersih 5 persen perbulan
secara kontinyu dari modal yang kita tanamkan.
Logikanya kalau bisa menghasilkan sebesar itu sudah pasti
sang pengusaha akan meminjam uang ke Bank, apalagi kalau calon mitra bisnis
kita mempunyai rumah dan ruko yang besar.
Kehati-hatian sangat penting, jika tidak kita juga akan
menjadi korban dari para petualang yang selalu mencari mangsa.