Penduduk yang pertama kali datang ke Sumberjaya adalah Suku
Semendo yang menempati daerah sukaraya tahun 1889 (kuswoyo,, Siti Nurbaya
dll). Pada tahun 1951 ada tranmigrasi
bahasa belandanya kolonisasi, meniru bahasa eropa pada saat bangsa eropap
menduduki benuar amerika, Australia , Selandia baru dengan merampas hak-hak
rayat yang lebih lama menghuni. Transmigrasi tahun 1951 resmi program pemerintah
melalui BRN, bahkan diresimkan oleh
Soekarno dan Hatta pada tahun 1952.
Periode berikutnya banyak masuk transmigran mandiri dari
Jawabarat dan Jawa setalah mendengar kesuburun tanah lampung, cerita berantai , transmigran yang pulang dari
Lampung mengabarkan ke sanak Saudara tempat penghidupan baru setelah dijawa
lahan semakin sulit atau hanya menjadi buruh tani.
Pesatnya pertumbuhan penduduk SUmberjaya membuat areal
perkebunan semakin meluas, kondisi ini membuat Jakarta galau, dinas kehutanan
resah, padahal sbelumnya banyak juga izin tebang dan garaap sudah dikeluarkan.
Kampung Kami dikelinggi bukit barisan , kemanapun mata tertuju yang Nampak indahnya bukit .
Bukit dalam bahasa Indonesia adaalah gunung dan gungnya berbaris-barbaris maka
disebut bukit barisan.
Dibaliknya indah bukit yanga indah, dibawahnya banyak
terkandung tambang emas. Yang sudah dietambang sejak zaman Belanda, ada dipadang,
Jambi danSuoh baru ditemukan tambang emas.
Dibukit barisan terutama ditaman nasional banyak gajah liar
, sementara untuk konservasi gajah di Lampung terkonsentarsi di Wakambas.
Gajah pada dasarnya
hewan baik, jarang sekali mengangu kehidupan manusia, kecuali habitatnya
terganggu. Gajah mempunyai emosi, rasa
dan kasih sayang dan hidup berkelompok . Anak-anak gajah akan berada ditengah
pada saat jalan sehingga aman dari nganguan binatang Buas.
Pengunaan gajah untuk membantu kehidupan manusia sudah
terjadi sejak abad sebelum mase
hi, bahkan dalam sejarah Islam pasukan Gajah Abraha
yang ingin menghancurkan kabah membuat
ciut kaum quraish mekah, hanya dengan kekuasaan Alllahlah kemudian turun
pasukan langit yang terkenal dengan burung ababil (surat Alpil). (Alquran)
Dalam kisah mahabrata, perang antara pusaka Kurawa dan
pandawa juga tercatat pengunaan gajah, begitu juga perang penaklukan Alexander Agung ke India, harus berhadapan dengan Pasukan
gajah yang membuat ciut pasukan Alexander agung dan akhirnya terjadi
pemberontakan oleh pasukannya (326SM yang mengagalka ambisi ALexander Agung.
Bayangkan oleh kita gajah yang begitu besar gagah, bahkan salah satu alat perang dari
masa-kemasa digunakan untuk menakuti dan menghancurkan mental masyarakat Sumberjaya,
yang dsaarnya sudah lemah dan hidup mereka hanya bertani, tak ada senjata pula untuk
mealwanan pasukan pemerintah dengan
pasukan gajahnya. .
Cara jitu pemerintah ORdebaru sangat tepat, apalagi dalam legenda masyarakat
tradisonal gajah juga diartikan Sumber pengetahuan yang kita kenal dengan
Ganesha yang sangat tekenal dalam epos Ramayana.
Apalagi saat pasukan gajah juga didukung oleh pasukan
kuda, 2 pleton brimob, pasukan kehutanan
(polhut) dan pasukan senso yang membawa mesin pemotong kayu.
Dari tiga pasukan yang
diturunkan oleh pemerintah, Pasukan senso menebangi pohon kopi
masyarakat, polisi kehutanan dan Brimob salaing bahu membahu mengusir masyarakst dengan senjata lengkap, persis seperti dalam
keadaan perang, padahal yang mereka hadapi adalah saudaranya sendiri.
Sementara Pasukan Gajah disamping untuk menakuti, merobohkan
dangau(rumah) rumah masyakarat yang ada didalam hutan hutan “Negara”.
Kenapa negaranya pakai tanda kutip, itu untuk menunjukan
bahwa Indonesia pada masa orde baru seperti bukan sebuah Negara, karena mereka
tidak mengangap ada rakyatnya, jadi apabenanya pemerintah dan penjajah, kalau penjajah Beland asaja di Lampung berani
mencabut keputusan dalam penetapan system tata batas dan menghapuskan marga
pada tahuan 1900 an, tapi karena system ini gagal akhirnya kembali berlaku system
marga, sementara pemerintah Indonesia sejak dari zaman Soekarno sampai
pemerintah SOeharto kurang arip dan bijak rerhadad budaya local.
Pengusiran yang tanpa perlawanan, diawali dari unjuk pasukan
dari Ibukota Kecamatan Sumberjanya, melintasi desa Tribudisukur, Purajaya dan
menuju medan tempur .Puluhan Gajah, berjalan rapi , diiringan psukan kuda ,
polhut,, brimbo dan pasukan senso, manaalh berani kita melawan, hanya diam dan
duduk terpaku.
Sayapun takjub pada saat itu, karena baru itulah saya
melihat gajah asli, walau saya lahir dan besar lampung manalah tahu kita bentuk gajah asli.3-4 bulan manalah beres menebangi pohon kopi, karena
penyisisandari bawah, matang ribangan dan tepat di Lebuay , ada seoang ibu-ibu
yang histeris, dia meminta diberi kesempatan bisa panen terakhir kali dan
menempati rumah atau dangau selesai
panen.
Manalah punya keberanian pasukan brimbol , polhut memebrikan
keputusan, yang ada mereka harus taat dan melaksanakan perintah, teriakan makian sang ibu tidak ada yang peduli.
Gelap mata si Ibu seperti orang gila terus berteriak dan
buka baju, gajahpun terdiam dan lunglai, menangislah gajah, dan akhirnya gajah
mengalami kesedihan berkepanjangan dan akhirnya mati.
Peristiwa ini menjadi cerita tersendiri dan tetap dikenang
sampai sekarang